Kedokterangigi.umsida.ac.id – Kesehatan gusi sering kali dianggap urusan kecil, hanya sebatas bagian dari kebersihan mulut dan penampilan.
Padahal, gusi adalah fondasi penting yang menopang seluruh sistem kesehatan gigi dan bahkan berhubungan langsung dengan kesehatan organ tubuh lainnya.
Menurut drg Novita Pratiwi SpPerio, dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), masyarakat masih banyak yang abai.
Abai terhadap tanda-tanda awal penyakit gusi seperti gusi berdarah, bengkak, atau nyeri ringan, “Keluhan seperti itu sering dianggap sepele, padahal bisa menjadi awal dari penyakit periodontal serius,” jelasnya.
Cek Juga: Tren Behel Fashion, Pakar Umsida: Tidak Direkomendasikan
Ia menegaskan bahwa kesehatan gusi tidak hanya soal estetika atau bau mulut, melainkan berhubungan dengan risiko penyakit sistemik seperti serangan jantung, stroke, hingga komplikasi kehamilan.
“Bakteri dari gusi yang terinfeksi dapat menyebar melalui aliran darah dan memicu peradangan pada pembuluh darah,” tambahnya.
Oleh karena itu, kesadaran untuk menjaga gusi perlu dimulai dari hal sederhana seperti kedisiplinan dalam kebersihan mulut dan pola makan bergizi, bukan hanya saat rasa sakit muncul.
Pola Hidup Sehat untuk Gusi Kuat

drg Novita menekankan bahwa perawatan gusi yang optimal dimulai dari pola hidup yang konsisten dan sadar nutrisi.
Beliau menjelaskan, menyikat gigi dua kali sehari saja tidak cukup bila tidak diimbangi dengan asupan vitamin penting yang membantu menjaga kekuatan jaringan gusi.
“Vitamin C sangat berperan dalam mempercepat regenerasi jaringan dan mencegah perdarahan gusi, sedangkan vitamin B kompleks seperti B2 dan B3 penting untuk memperbaiki jaringan lunak di sekitar gigi,” jelasnya.
Selain itu, menjaga kebersihan rongga mulut secara rutin dapat mencegah terbentuknya plak dan karang gigi (calculus) yang menjadi tempat berkembangnya bakteri penyebab gingivitis.
“Plak yang dibiarkan menumpuk akan mengeras, dan pada akhirnya menyebabkan radang gusi bahkan infeksi periodontal yang parah,” jelas drg Novita.
Bagi ibu hamil, risiko radang gusi meningkat karena perubahan hormon yang memengaruhi jaringan gusi. Karena itu, pemeriksaan gigi secara berkala minimal sekali setiap trimester menjadi langkah penting.
“Kesehatan mulut ibu berkaitan langsung dengan kondisi janin. Infeksi pada gusi bisa meningkatkan risiko kelahiran prematur,” imbuhnya.
Langkah-langkah sederhana seperti flossing setiap hari, menghindari rokok, serta konsumsi air putih yang cukup juga dapat membantu menjaga kelembapan dan kebersihan gusi secara alami.
Baca Juga: Dekan FKG Umsida di Fortama 2025 Ajak Mahasiswa Baru Wujudkan Visi Unggul dengan Fasilitas Lengkap
Edukasi dan Peran Keluarga dalam Membangun Kesadaran

Kesehatan gusi tidak bisa dijaga hanya oleh individu, tetapi juga melalui edukasi berkelanjutan dan dukungan lingkungan.
Menurut drg Novita, upaya kolaboratif antara tenaga medis, pendidik, dan keluarga menjadi kunci utama dalam membentuk kebiasaan hidup sehat.
“Anak-anak sekolah, remaja, ibu hamil, bahkan lansia perlu diberikan pemahaman sejak dini tentang pentingnya kesehatan periodontal,” ujarnya. Di FKG Umsida, hal ini diwujudkan melalui program pengabdian masyarakat, serta kegiatan kolaboratif dengan sekolah dan lembaga pendidikan.
Beliau berharap dalam lima tahun ke depan, masyarakat Indonesia tidak hanya datang ke dokter gigi untuk mengobati, tapi juga rutin melakukan pemeriksaan preventif.
Edukasi berbasis pencegahan dinilai jauh lebih efektif dan hemat biaya dibanding penanganan setelah penyakit berkembang.
Keluarga juga memiliki peran penting. Anak-anak meniru kebiasaan orang tua dalam hal kebersihan diri. Ketika orang tua terbiasa menyikat gigi sebelum tidur dan melakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi, anak akan mengikuti hal yang sama.
Cek Selengkapnya: Rahasia di Balik Gusi Sehat: Mengenal Lebih Dekat Spesialis Periodonsia
Gusi Sehat, Jantung Sehat, Hidup Lebih Bugar

Salah satu pesan paling penting dari drg Novita adalah bahwa radang gusi tidak berhenti di mulut. Penelitian medis menunjukkan bahwa infeksi gusi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
“Bakteri penyebab gingivitis bisa masuk ke pembuluh darah dan membentuk gumpalan kecil yang menghambat aliran darah ke jantung,” jelasnya.
Kondisi ini membuat penyakit periodontal menjadi salah satu faktor risiko tersembunyi bagi penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, menjaga kesehatan gusi juga berarti melindungi jantung dan otak dari gangguan serius.
“Gusi adalah cermin kesehatan tubuh,” tegas drg Novita. Jika gusi sering berdarah, bengkak, atau berubah warna, itu bisa jadi alarm bahwa tubuh sedang mengalami peradangan atau kekurangan nutrisi tertentu.
Dengan menerapkan kebiasaan sederhana seperti menyikat gigi dengan benar, rutin ke dokter gigi, menjaga pola makan seimbang, serta menghindari stres berlebih, seseorang dapat menjaga keseimbangan antara kesehatan mulut dan tubuh secara keseluruhan.
“Saya ingin masyarakat menjadikan gusi sehat sebagai bagian dari gaya hidup. Karena dengan mulut sehat, gusi kuat, hidup pun terasa lebih bugar dan bahagia,” ujarnya.
Saatnya Masyarakat Lebih Peduli pada Gusi

Kesehatan gusi adalah investasi jangka panjang untuk tubuh yang lebih sehat. Tidak hanya untuk senyum yang indah, tetapi juga untuk mencegah penyakit serius yang bisa mengancam jiwa.
Upaya sederhana seperti memperhatikan asupan vitamin, menjaga kebersihan mulut, dan melakukan pemeriksaan rutin sudah cukup untuk menurunkan risiko penyakit periodontal secara signifikan.
drg Novita juga ingin menanamkan kesadaran ini melalui edukasi masyarakat agar kesehatan gigi dan gusi menjadi prioritas bersama. Dengan pemahaman yang tepat, masyarakat Indonesia dapat tumbuh lebih sadar bahwa mulut adalah gerbang utama kesehatan tubuh.
Penulis: Elfira Armilia